Ayam hutan merah plasma nutfah Indonesia, cikal bakal lahirnya berbagai jenis ayam buras yang ada dengan karakteristik yang berbeda-beda dan keunikannya sendiri-sendiri baik yang tipe pedaging, petelur, dwiguna bahkan sekarang berkembang menjadi ayam hias seperti ayam kampung, disusul juga seperti ayam pelung, ayam arab, ayam sentul dan banyak jenis lainnya.
Ayam Hutan Merah
Seperti namanya ayam hutan, ayam ini memang hidupnya banyak di temukan dan dijumpai di hutan tidak hanya di wilayah Indonesia tetapi juga luar negeri. Di Indonesia sendiri seperti di Pulau Jawa, Pulau Sumatera, dan sekarang banyak yang dialihkan lahan menjadi tanaman kelapa sawit beberapa dari mereka juga di temukan di perkebunan kelapa sawit. Bahkan di perkebunan teh juga kopi mereka kerap ditemukan warga hal ini karena semakin berkurangnya tempat tinggal alami mereka.
Ayam ini cenderung hidup dengan jumlah 3 ekor lebih atau berkelompok, semakin langkanya ayam hutan merah disebabkan oleh perburuan oleh manusia yang ingin dijual, di jadikan peliharaan, untuk di kawinsilangkan dengan jenis ayam lain demi mendapatkan keunggulan dan jenis ayam yang cirikhas tersendiri, dan banyak lagi tujuan-tujuan lainnya.
Dewasa kini bahkan ayam hutan mulai di domestikasi atau dijinakkan dan mulai di ternakkan di kandang.
Ciri Fisik Ayam Hutan Merah
Karena banyaknya persilangan yang dilakukan membuat beberapa orang bingung dan bertanya bagaimana ciri fisik ayam ini, dan dengan mengenali ciri-ciri fisiknya kita bisa mengenali dan bahkan menghindari penipuan yang menjual ayam ini dengan kata asli tetapi tidak memiliki karakteristiknya.
Berikut adalah ciri fisik ayam hutan merah :
- Jika melihat di bagian dada ayam ini, kita akan melihat warna dominan hitam.
- Ada beberapa variasi warna pada sayap, punggung dan lehernya seperti warna merah atau kuning.
- Bulu pada ekor jantan sangat melengkung seperti membentuk setengah lingkaran.
- Jenggernya merah dengan lebih dari 4 lekukan dan berdiri tegak.
- Memiliki 2 buah pial.
- Proporsi kuran kepala dengan tubuhnya lebih kecil dari jenis ayam lainnya.
- Bagian yang tidak bertulang di daun telinga atau biasa di sebut cuping dominan warna putih.
- Kedua kaki ayam hutan merah ini panjang, telihat kuat serta halus.
Untuk yang betinanya sendiri punya cirikhasnya lagi yang berbeda dari jantan, hal yang paling telihat adalah bulu yang menutupi badannya bergaris-garis hitam dengan background warna coklat.
Performance dan Produksi Ayam Hutan Merah
Meski pertumbuhan bobot badan ayam ini sangat lama, membuatnya membutuhkan waktu lama untuk di manfaatkan daging dan telurnya. Seperti ayam jantan dan betina dewasanya membutuhkan waktu 1,5 tahun atau 18 bulan untuk bisa mencapai bobot 1-1,5kg/ekornya. Istilah ini biasa disebut slowgrowth atau hewan yang memiliki pertumbuhan yang lambat.
Untuk sekali bertelur, ayam ini cuman bisa menghasilkan 6-10 butir saja dengan lama mengeram yang bisa mencapai 20 hari. Meski dengan sistem intensif bisa didapatkan jumlah yang lebih banyak sekitar 4 butir lebih banyak. Sedangkan untuk dagingnya, kualitas karkas yang didapatkan dikategorikan bagus, dengan lemak yang hanya 2%.
Dengan pencapaian bobot badan yang lumayan lama ini, pada usia 1 bulanan saja betina baru bisa mendapatkan bobot 140 gram dan jantan 160 gram dan untuk bulan kedua terdapat penambahan 100-120 gram/ekornya.
Tabel Rata-rata Bobot Badan (gram) Ayam Hutan Merah (Umur 0-56 hari)
Umur (hari) | Betina | Jantan |
0 | 20,68 | 20,39 |
7 | 36,55 | 38,33 |
14 | 58,55 | 60,89 |
21 | 91,77 | 95,78 |
28 | 112,41 | 124,67 |
35 | 142,95 | 160,44 |
42 | 172,62 | 197,61 |
49 | 204,63 | 22622 |
56 | 244,12 | 283,12 |
Sumber Penelitian Rahayu, IPB
Pakan Ayam Hutan Merah
Jika berbicara pakan di alam liarnya tentu pakan yang dimakan bermacam-macam jenisnya seperti biji-bijian, butiran dari makanan yang dapat ditemukannya. Kadang kala mereka juga mendapatkan serangga kecil, larva bahkan cacing dengan mengais-ngais tanah.
Jika mereka berkembang biak di wilayah perkebunan kelapa sawit tentu buah dan batang menjadi makanan favorit mereka, disana juga ada beberapa binatang kecil yang bisa mereka makan seperti semut.
Jika kita membudidayakan ayam hutan merah maka pakan yang bisa kita berikan adalah pakan pabrikan dengan butiran kecil, atau bahan pakan seperti jagung dan bungkil kedelai bisa menjadi alternatif yang baik, mengingat kebiasaan di alam liar yang mengkonsumsi biji-bijian bisa digantikan dengan bungkil kedelai.
Tentunya butuh yang namanya adaptasi terlebih jika kita mendapatkannya langsung dari habitat alaminya, semisal dengan perlahan mengubah pakannya dan tidak langsung diberikan secara full dan memberikan kandang yang lebih besar dengan tempat dia bertengger serta memberikan2-3 ekor dalam satu kandangnya.
Hal ini tentu berbeda jika kita mendapatkan anakannya atau yang telah di domestikasi sebelumnya, akan lebih mudah dalam halĀ perawatannya.