Strain ayam petelur adalah sebuah jenis dari ayam petelur yang jenisnya sendiri punya garis keturunan dari cikal bakal ayam petelur saat ini, strain ayam petelur sendiri di Indoensia ada bermacam-macam baik itu yang di murni dari genetiknya maupun dari ayam yang sudah disilangkan untuk mendapatkan keunggulan yang lebih baik.
Beberapa strain tersebut nyatanya di produksi oleh perusahan yang berbeda dengan strain yang berbeda, sehingga setiap perusahaan memiliki karakteristik ayam dan produksi yang berbeda meskipun tidak terlalu berbeda jauh, baik dari segi pemeliharaan, jumlah telur dan fisik ayam.
Beberapa Strain Ayam Petelur Di Indonesia
Adapun beberapa jenis strain antara lain :
- Isa Brown
- Hysex brown
- Hyline Lohman
Masing-masing dari strain menawarkan kelebihannya masing-masing sedangkan yang paling, dimana untuk wilayah kita di Negara Indonesia strain ayam petelur yang paling banyak di pelihara adalah Isa Brown dan Lohman Brown karena dua strain ini di produksi oleh perusahaan pembibitan terbesar di Indonesia.
Strain Ayam Petelur Lohmann Brown
Strain ayam ini di Indonesia di kembangkan oleh perusahaan pembibitan yang bernama PT. Japfa Comfeed Indonesia. Pihak Japfa Comfeed sendiri melalui divisi poultry breedingnya mengatakan mereka menggunakan teknik terbaru untuk terus menawarkan pengalaman dan pemahaman yang luas. Tim ahli mereka berkualitas kualitas hasil penelitian sesuai dengan perubahan permintaan pasar.
Strain Lohmann Brown sendiri mereka tawarkan melalui produk DOC dengan kode MB 402, dengan skema pembibitan yang mereka lakukan adalah :
Grand Grandparents – Grandparents – Parents – Ayam Peterlur Komersial Saat ini.
Ciri-Ciri Strain Lohman Brown
Ayam petelur dengan strain lohman brown memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Umur siap bertelur atau masa dewasa kelaminnya ayam ini di rentang waktu 18 minggu.
- Pada Umur 20-21 minggu ayam bisa bertelur di 50%.
- Produksi puncaknya berkisar di 94-96%.
- Memiliki daya hidup saat periode produksi 94-96%.
- Memiliki daya hidup periode grower 97-98%.
- Warna kerabang telur coklat.
Berat badan masa akhir afkir ayam strain ini relatif tetapi standartnya adalah di 1,9-2,1 kg.
Strain Ayam Petelur Hyline Brown
Strain ayam ini dikembang oleh Hy-Line Internasional, ayam ini dikembang mulai tahun 1972 di Negara Amerika. Hyline brown dan lohman brown memiliki karakteristik yang hampir sama dimana masa dewasa kelaminnya mulai di 18 minggu dengan pencapaian total ayam yang bertelur pada 20 minggu di kisaran 45-72%.
Ciri-Ciri Strain Hyline Brown
- Daya hidup dari DOC hingga berumur 17 minggu berkisar di 98%.
- Presentase bertelur di puncak produksi 95-96%.
- Daya hidup sampai umur 60 minggu di 97%.
- Daya hidup sampai umur 100 minggu berkisar di 92%
- Puncak produksi telur di umur 27-29 minggu.
Strain Ayam Petelur Isa Brown
Strain Isa Brown di Indonesia di produksi oleh perusahaan PT. Charoen Pokphand Indonesia dengan kode box DOC CP 909 untuk anakan ayam petelur. Menjadi salah satu strain yang paling banyak di pakai dan di ternakkan oleh peternak.
Dimana jika dibandingkan dengan strain Lohman brown Shidiq (2016) mengatakan bahwa strain Lohman lebih unggul dibanding dengan Isa Brown. Tetapi data tersebut pada tahun 2016 dan tentu saja sudah 5 tahun berlalu dimana terus terjadi perbaikan genetik, dimana saat ini bisa saja Isa Brown lebih baik.
Strain Ayam Petelur Terbaik
Dari beberapa strain yang dibahas diatas, ternyata untuk produksi dan performance setiap strain tidak berbeda jauh. Semua kembali pada pemeliharaan dan manajemen serta pakan yang di gunakan pada proses pemeliharaan dan tidak jarang peternak yang terlalu mempermasalah strain ini.
Peternak biasanya lebih memperhatikan produksi telur, harga telur dan terutama saat ini bulan Februari yang dimana produksi hampir semua peternak rakyat mengalami penurunan bahkan produksi telur. Yang terutama memberikan kenyamanan pada ayam, biosecurity yang terus dijalankan untuk melemahkan penyakit hingga upgrade manajemen.
Karena sejatinya ketika seorang peternak bisa berhasil mendapatkan produksi yang baik saat kondisi dan peternak lain mengalami penurunan produksi, maka di saat normal peternak tersebut akan dengan mudah dan sudah mengerti bagaimana manajemen dan kemauan dari ayam yang ada di kandang.
Strain ayam juga terus berkembang setiap waktunya, para ahli terus berupaya meningkatkan jumlah produksi yang bisa di capai pada setiap strain ayam.